Selamat Datang di Blog Anggylhy 26

Model PAI dalam Keluarga



A.    Model Keluarga Luqman
Di dalam Al-Qur’an telah ada dasar-dasar pendidikan akhlak anak yang jelas mengenai pendidikan akhlak pada anak-anak yang terdapat di dalam surat Luqman[1] :
1.      Akhlak kepada Allah SWT terdapat Q.S. 31/Luqman : 13 :
وَاِذْقَالَ لُقْمنَ لاِبْنِه وَهُوَبَعِظُه يبُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ ط إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S. Luqman : 13)[2]
Berdasarkan ayat tersebut di atas mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya, kemudian anak-anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat, sehingga terbentuk manusia yang senantiasa mengingat dan kontak dengan penciptanya, seperti disebutkan dalam Q.S. 31/Luqman : 17 :
يبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلى مَا اَصَابَكَ ط اِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman : 17)
2.      Akhlak Kepada Orang Tua. Dalam Q.S. 31/Luqman : 14
وَوَ صَّيْنَا اْلاِنْسنَ بِولِدَيْهِ. حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّفِصلُهُ فِى عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لىِ وَلِولِدَيْكَ ط اِلَىَّ الْمَصِيْرُ.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman : 14)
Berdasarkan ayat di atas menjelaskan bahwasannya Islam mendidik anak-anak selalu berbuat baik terhadap orang tua sebagai rasa berterima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semua yang telah mereka lakukan untuk anaknya. Bahkan perintah untuk bersyukur kepada Allah.
3.      Akhlak Kepada Diri Sendiri. Dalam Q.S. 31/Luqman : 19 :
وَاقْصِدْ فىِْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْ تِكَط اِنَّ اَنْكَرَ اْلاَ صْوتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ.
Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S. Luqman : 19)
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwasannya dilarang berjalan dengan congkak dan Allah SWT memerintahkan untuk sederhana dalam berjalan, dengan tidak menghempaskan tenaga dalam bergaya, tidak melenggak lenggok, tidak memanjangkan leher karena angkuh, akan tetapi berjalan dengan sederhana, langkah sopan dan tegap, memelankan suara adalah budi yang luhur. Percaya diri dan tenang karena berbicara jujur. Suara lantang dalam berbicara adalah termasuk perangai yang buruk.
4.      Akhlak Kepada Orang Lain. Dalam Q.S. 31/Luqman : 18 :
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ الِنَّاِس وَلاَ تَمْشِ فِى اْلاَرْضِ مَرَحًاط اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلُّ مُخْتَالٍ فَحُوْرٍ.
Dan jangnalah kamu memalingkan mukamu dan manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Luqman : 18)
Kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, anak-anak haruslah dididik untuk tidak bersikap acuh terhadap sesama, sombong atas mereka dan berjalan di muka dan menghargai orang lain, karena bersikap acuh tak acuh tidak disukai oleh Allah dan dibenci manusia.
Demikianlah, Allah memberikan contoh kongkrit dalam mendidik akhlak anak-anak, di mana jika setiap orang tua dapat melaksanakan dengan baik dan benar, maka anak-anak mereka akan tumbuh menjadi manusia yang berakhlak mulia dan luhur.
B.     Model Keluarga Nabi Ibrahim a.s.
Konsep pendidikan Nabi Ibrohim merupakan sebuah pola atau rancangan pendidikan yang diambil dari proses pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Sebagi konsep tentu tidak lepas dari komponen komponen Pendidikan yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta didik, Materi Pendidikan, Metode, sarana dan media serta pendidik dengan sifat sifatnya.[3]
1.      Tujuan pendidikan dalam konsep Nabi Ibrahim AS
Sebuah pendidikan harus mempunyai tujuan, dan tujuan pendidikan islam secara umum adalah sama dengan misi manusia itu sendiri diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khholifah dimuka bumi sebagaimana firman Allah: QS. Adz dzariyat 56, dan surat Al Baqarah : 30
Adapun nabi Ibrahim lebih menspesifikkan lagi dan lebih mendetailkan tujuan pendidikan dalam konsep Beliau, atau dengan bahasa lain yaitu menjadi muslim yang taat dan menjadi imam dan teladan bagi yang lain.
a.       Menjadi muslim yang taat dan patuh kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al Baqarah: 132)
Inilah tujuan pendidikan dalam konsep nabi ibrahim berikut juga anak-anak beliau yang juga menjadi nabi. Didorong juga karena suatu kekhawatiran yang selalu menghinggapi mereka yang mendorong mereka untuk mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan islam dan jangan sampai mereka lepas dari agama tercita ini. Terungkap kekhwatiran mereka dengan sebuah pertanyaan orang tua terhadap anaknya yang sekarang sudah mulai dilupakan olah kebanyakan orang tua masa sekarang, firman Allah: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah: 133).
Pertanyaan; “apa yang akan kausembah sepeninggalku?” Inilah yang semestinya menjadi tujuan pendidikan tiap orang tua sekarang, dan Tujuan pendidikan islam adalah tujuan manusia itu sendiri diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk menyembah dan menjadi hamba Allah yang muttaqin, sebagaimana ayat diatas.
b.       Menjadi imam para muttaqin. firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqan: 74)
Suatu tujuan yang luar biasa. Menjadi orang muttaqin sangatlah tidak mudah apalagi menjadi imam orang-orang muttaqin, ada beberapa tafsiran tentang kata imam diayat tersebut:
Ibnu Abbas, Al hasan, Qatadah, Asuddy, dan Ar robi’ bin anas berkata: maksud kata imam diayat tersebut adalah imam yang jadi panutan dan teladan dalam kebaikan. Sebagian yang lain memberikan makna: imam muttaqin adalah menjadi penunjuk jalan bagi orang orang yang dapat hidayah dan menjadi dai untuk menyeru kapada kebaikan, dengan harapan apa yang dilakukan, diserukan dan ibadah yang diprektekkan diteruskan oleh anak anak mereka juga siapa saja, sehingga menjadi amal yang bersambung tak henti memmberikan pahala yang melimpah meski sudah meninggal dunia pemilik amalnya.
2.      Peserta Didik
Nabi Ibrahim AS. Mendidik dan berdakwah kepada semua lapisan dan dengan berbagai jenis dan latar belakang, serta beragam metode yang digunakan. Adapun peserta didik yang pertama dan utama adalah keluarga beliau sendiri, yaitu anak dan istri, kemudian orang tua baru kemudian kaumnya. Pendidikan keluarga menjadi prioritas pertama sebelum ke yang lain.
3.      Materi Pendidikan dalam Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim.
Materi pendidikan yang ada dalam konsep pendidikan Nabi Ibrahim AS.
a)      Pertama adalah masalah aqidah dan ketauhidan
Kita bisa lihat dalam kisah ketauhidan dan gambaran keimanan serta aqidah yang kuat sebagai pelajaran bagi kita semua, yaitu pada saat Nabi Ibrahim AS. Dibakar hidup-hidup oleh penguasa yang berseberangan aqidah dengan beliau setelah kejadian penghancuran berhala oleh Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al Quran Surat Al Anbiya’ ayat 51-70. Hal ini memberikan gambaran sikap ketauhidan Nabi Ibrahim, keimanan yang kuat, aqidah yang lurus.
b)      Ibadah dan tazkiyatun nufus
Ibadah dan tazkiyyatun nufus sebagai manifestasi tujuan dan misi setiap manusia untuk menyembah Allah SWT dan selalu melakukan pensucian diri dari penyakit penyakit yang mengotori hati, Sholat, doa, haji, menunaikan nazar, dan semua perintah Allah serta menjauhi larangan-larangannya, serta mengikhlaskan semua ibadah hanya karena Allah.
c)      Akhlak al karimah
Cakupan pembahasan ahlaq dalam pendidikan islam amatlah luas dia mencakup ahlaq kepada Allah, akhlak kepada kedua orang tua, akhlaq kepada sesama manusia dan akhlaq kepada siapapun juga, Firman Allah: menggambarkan ucapan nabi Ibrahim AS.
4.      Metode Pendidikan dalam konsep Pendidikan Nabi Ibrahim AS
Setelah kita tadabburi ayat ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim dapat ambil beberapa bentuk metode yang Nabiyullah Ibrahim AS gunakan dalam pendidikan.
a.       Metode Keteladanan atau Uswah Hasanah
Keteladanan merupakan salah satu metode dalam pendidikan Islam yang pengaruhnya luar biasa bagi peserta didik. Apalagi dizaman sekarang ini yang miskin keteladanan. Allah jadikan Nabi Ibrahim sebagai teladan bagi keluarga, anak dan ummatnya dalam menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, demikian juga akhlaq kesehariannya. Sampai kita ummat Muhaamd SAW juga diperintahkan untuk mengambil teladan dari Abul Anbiya’ ini.
b.      Metode nasihat
Metode nasehat dalam Alquran digunakan untuk menyentuh hati supaya manusia mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Metode ini juga menempati posisi yang sangat penting dalam proses pendidikan islam dan penanaman nilai nilai. Nasehat atau juga bisa dengan sebutan wasiat atau pesan yang baik dengan cara yang baik dan disesuaikan dengan situaisi dan kondisi yang tepat akan sangat berpengaruh pada diri peserta didik. Nabi Ibrahim menggunakan metode ini dalam pendidikan anak-anaknya tergambar dalam firman Allah SWT. QS. Al Baqarah: 132
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. QS. Al Baqarah : 132
c.       Metode dialog
Salah satu metode yang digunankan nabi Ibrahim adalah metode dialog. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memantapkan pangetahuan peserta didik yang dia miliki. Dialog yang begitu mengharukan sekaligus sarat dengan ibroh pendidikan sekaligus menggambarkan tingkat keimanan yang sangat tinggi dari pendidik ( Nabi Ibrahim) dan peserta didik (Nabi Ismail).
d.      Metode Adu Argumen
Metode ini digunakan Nabi Ibrahim untuk mementahkan aqidah mereka yang sesat yang menuhankan berhala dan benda antariksa, firman Allah SWT yang artinya: “dan Dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, Padahal Sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku”. dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ” (QS. Al Anam: 80)
C.    Model Keluarga Nabi Yakub a.s
Nabi Ya’qub telah mewariskan nilai-nilai pendidikan yang amat penting. Sebagian besar nilai-nilai dimaksud sesungguhnya kontinuitas pewarisan nilai-nilai universal yang disampaikan para Nabi, sejak Nabi pertama hingga Nabi terakhir. Di antara nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam kisah Ya’qub a.s., sebagai berikut[4]:
1.      Telaah terhadap kisah Ya’qub memberikan penjelasan yang jelas-terang bahwa agama samawi itu sebenarnya satu yaitu Din al-Islam. Islam dalam arti sikap pasrah kepada Allah adalah nilai universal yang diwariskan oleh para Nabi termasuk Nabi Ya’qub sendiri. Sikap pasrah atau tunduk kepada Allah adalah inti dari kemusliman bahkan keimanan yang dibawa para Nabi.
2.      konsekuensi logis point pertama, bahwa wahyu yang diterima para Nabi, termasuk Ya’qub hingga Nabi Muhammad SAW memiliki muatan ajaran yang sama. Hal ini telah ditegaskan Allah dalam Al-Qur`an surat Ali Imran/3 ayat 84.
3.      Nilai dan pengetahuan yang paling penting diwariskan kepada generasi atau peserta didik adalah nilai dan pengetahuan tentang tauhid. Tauhid adalah paradigma, poros dan pokok dari pendidikan manusia. Tauhid yang dimaksud di sini bukan sekedar mengimani keesaan Allah, tetapi lebih dari itu yakni hanya menyembah kepada-Nya. Inillah inti pokok ajaran para Nabi, termasuk Nabi Ya’qub. Beliau sendiri secara khusus menjelang ajalnya tiba telah mengingatkan hal yang paling asasi itu kepada anak-anaknya. Hal dimaksud sebagaimana disebut dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah/2 ayat 133: yang artinya: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhan-mu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.
4.      Nabi Ya’qub adalah orang yang sangat sabar dalam  mendidik anak-anaknya. Sikap yang ditunjukkan oleh beliau terhadap sebagian anaknya yang berkhianat kepadanya adalah sikap sabar dan tawakkal. Ia tidak menyakiti batin dan fisik anak-anaknya jika melakukan kesalahan. Ia senantiasa mengetuk hati mereka agar takut kepada Allah. Bahkan ia memohonkan ampun kesalahan anak-anaknya kepada Allah. Dalam hal mendidik Sikap seperti inilah yang perlu dimiliki pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didik. Kasih-sayang dan lemah lembut dalam memberlakukan peserta didik jauh lebih efektif dari pada sikap keras dan kasar.
5.      Misi kenabian atau kerasulan dapat bermakna misi pendidikan, yakni mencerahkan dan menyadarkan orang agar memilih jalan hidup yang benar. Misi ini akan dilanjutkan oleh para ‘ulama` (guru, intelektual atau cendekiawan).
6.      Sebagaimana Nabi Ya’kub dan para Nabi lainnya telah mengalami berbagai rintangan dan hambatan yang besar, maka para pendidik yang nota bene pewaris para Nabi perlu menyadari bahwa melanjutkan misi kenabian akan menghadapi tantangan dan penentangan. Penentangan dimaksud bahkan bisa dengan cara yang keras. Dengan demikian dalam hal memimpin orang atau peserta didik kepada jalan yang benar akan senantiasa menemui tantangan yang negative-destruktif. Oleh karena itu perlu meneladani para Nabi yang tegar dan sabar menghadapi para penentangnya, meskipun yang paling keras sekalipun.





[1] http://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/02/pendidikan-akhlak-bagi-anak.html
[2] Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 654.
[3] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/Konsep-Pendidikan-Para-Nabi-(Nabi-Ibrahim As).html
[4] http://anharnst.wordpress.com/2011/05/01/nilai-nilai-pendidikan-dalam-kisah-nabi-ya’qub
Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

 
Support : Link here | Link here | Link here
Copyright © 2014. @26 Selalu Dihati Selalu Dinanti - All Rights Reserved
Template by Anggylhy Published by Cargam Schoolzine
Proudly powered by Blogger