A. Model Keluarga Luqman
Di dalam Al-Qur’an telah ada
dasar-dasar pendidikan akhlak anak yang jelas mengenai pendidikan akhlak pada
anak-anak yang terdapat di dalam surat Luqman[1]
:
1. Akhlak
kepada Allah SWT terdapat Q.S. 31/Luqman : 13 :
وَاِذْقَالَ لُقْمنَ لاِبْنِه
وَهُوَبَعِظُه يبُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ ط إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S. Luqman
: 13)[2]
Berdasarkan ayat tersebut di atas
mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk
mengesakan penciptanya dan memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutukan
Tuhannya, kemudian anak-anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat,
sehingga terbentuk manusia yang senantiasa mengingat dan kontak dengan penciptanya,
seperti disebutkan dalam Q.S. 31/Luqman : 17 :
يبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلوةَ وَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلى مَا اَصَابَكَ ط
اِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ.
Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). (Q.S. Luqman : 17)
2.
Akhlak Kepada Orang Tua. Dalam Q.S. 31/Luqman : 14
وَوَ صَّيْنَا اْلاِنْسنَ
بِولِدَيْهِ. حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّفِصلُهُ فِى عَا مَيْنِ
اَنِ اشْكُرْ لىِ وَلِولِدَيْكَ ط اِلَىَّ الْمَصِيْرُ.
Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman : 14)
Berdasarkan ayat di atas menjelaskan
bahwasannya Islam mendidik anak-anak selalu berbuat baik terhadap orang tua
sebagai rasa berterima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semua yang telah
mereka lakukan untuk anaknya. Bahkan perintah untuk bersyukur kepada Allah.
3.
Akhlak Kepada Diri Sendiri. Dalam Q.S. 31/Luqman : 19 :
وَاقْصِدْ فىِْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ
مِنْ صَوْ تِكَط اِنَّ اَنْكَرَ اْلاَ صْوتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ.
Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S. Luqman : 19)
Berdasarkan ayat di atas dapat
dipahami bahwasannya dilarang berjalan dengan congkak dan Allah SWT
memerintahkan untuk sederhana dalam berjalan, dengan tidak menghempaskan tenaga
dalam bergaya, tidak melenggak lenggok, tidak memanjangkan leher karena angkuh,
akan tetapi berjalan dengan sederhana, langkah sopan dan tegap, memelankan
suara adalah budi yang luhur. Percaya diri dan tenang karena berbicara jujur.
Suara lantang dalam berbicara adalah termasuk perangai yang buruk.
4. Akhlak
Kepada Orang Lain. Dalam Q.S. 31/Luqman : 18 :
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ الِنَّاِس
وَلاَ تَمْشِ فِى اْلاَرْضِ مَرَحًاط اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلُّ
مُخْتَالٍ فَحُوْرٍ.
Dan
jangnalah kamu memalingkan mukamu dan manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri. (Q.S. Luqman : 18)
Kaitannya dengan kehidupan
bermasyarakat, anak-anak haruslah dididik untuk tidak bersikap acuh terhadap
sesama, sombong atas mereka dan berjalan di muka dan menghargai orang lain,
karena bersikap acuh tak acuh tidak disukai oleh Allah dan dibenci manusia.
Demikianlah, Allah memberikan contoh
kongkrit dalam mendidik akhlak anak-anak, di mana jika setiap orang tua dapat
melaksanakan dengan baik dan benar, maka anak-anak mereka akan tumbuh menjadi
manusia yang berakhlak mulia dan luhur.
B. Model Keluarga Nabi Ibrahim a.s.
Konsep pendidikan Nabi Ibrohim merupakan
sebuah pola atau rancangan pendidikan yang diambil dari proses pendidikan yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Sebagi konsep tentu tidak lepas dari komponen
komponen Pendidikan yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta didik, Materi Pendidikan,
Metode, sarana dan media serta pendidik dengan sifat sifatnya.[3]
1. Tujuan
pendidikan dalam konsep Nabi Ibrahim AS
Sebuah pendidikan harus
mempunyai tujuan, dan tujuan pendidikan islam secara umum adalah sama dengan
misi manusia itu sendiri diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk beribadah
kepada Allah dan menjadi khholifah dimuka bumi sebagaimana firman Allah: QS.
Adz dzariyat 56, dan surat Al Baqarah : 30
Adapun nabi Ibrahim
lebih menspesifikkan lagi dan lebih mendetailkan tujuan pendidikan dalam konsep
Beliau, atau dengan bahasa lain yaitu menjadi muslim yang taat dan menjadi imam
dan teladan bagi yang lain.
a.
Menjadi muslim yang taat dan patuh kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT:
وَوَصَّى
بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ
الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah
mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim
berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al Baqarah:
132)
Inilah tujuan
pendidikan dalam konsep nabi ibrahim berikut juga anak-anak beliau yang juga
menjadi nabi. Didorong juga karena suatu kekhawatiran yang selalu menghinggapi
mereka yang mendorong mereka untuk mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan
islam dan jangan sampai mereka lepas dari agama tercita ini. Terungkap
kekhwatiran mereka dengan sebuah pertanyaan orang tua terhadap anaknya yang
sekarang sudah mulai dilupakan olah kebanyakan orang tua masa sekarang, firman
Allah: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika
ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka
menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah: 133).
Pertanyaan; “apa yang
akan kausembah sepeninggalku?” Inilah yang semestinya menjadi tujuan pendidikan
tiap orang tua sekarang, dan Tujuan pendidikan islam adalah tujuan manusia itu
sendiri diciptakan dimuka bumi ini yaitu untuk menyembah dan menjadi hamba
Allah yang muttaqin, sebagaimana ayat diatas.
b.
Menjadi imam para muttaqin.
firman
Allah SWT:
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan
Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai
penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS. Al Furqan: 74)
Suatu tujuan yang luar
biasa. Menjadi orang muttaqin sangatlah tidak mudah apalagi menjadi imam
orang-orang muttaqin, ada beberapa tafsiran tentang kata imam diayat tersebut:
Ibnu Abbas, Al hasan,
Qatadah, Asuddy, dan Ar robi’ bin anas berkata: maksud kata imam diayat
tersebut adalah imam yang jadi panutan dan teladan dalam kebaikan. Sebagian
yang lain memberikan makna: imam muttaqin adalah menjadi penunjuk jalan bagi
orang orang yang dapat hidayah dan menjadi dai untuk menyeru kapada kebaikan,
dengan harapan apa yang dilakukan, diserukan dan ibadah yang diprektekkan
diteruskan oleh anak anak mereka juga siapa saja, sehingga menjadi amal yang
bersambung tak henti memmberikan pahala yang melimpah meski sudah meninggal
dunia pemilik amalnya.
2. Peserta
Didik
Nabi Ibrahim AS.
Mendidik dan berdakwah kepada semua lapisan dan dengan berbagai jenis dan latar
belakang, serta beragam metode yang digunakan. Adapun peserta didik yang
pertama dan utama adalah keluarga beliau sendiri, yaitu anak dan istri,
kemudian orang tua baru kemudian kaumnya. Pendidikan keluarga menjadi prioritas
pertama sebelum ke yang lain.
3. Materi
Pendidikan dalam Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim.
Materi
pendidikan yang ada dalam konsep pendidikan Nabi Ibrahim AS.
a) Pertama
adalah masalah aqidah dan ketauhidan
Kita bisa lihat dalam
kisah ketauhidan dan gambaran keimanan serta aqidah yang kuat sebagai pelajaran
bagi kita semua, yaitu pada saat Nabi Ibrahim AS. Dibakar hidup-hidup oleh
penguasa yang berseberangan aqidah dengan beliau setelah kejadian penghancuran
berhala oleh Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al Quran Surat Al Anbiya’ ayat
51-70. Hal ini memberikan gambaran sikap ketauhidan Nabi Ibrahim, keimanan yang
kuat, aqidah yang lurus.
b)
Ibadah dan tazkiyatun nufus
Ibadah dan tazkiyyatun
nufus sebagai manifestasi tujuan dan misi setiap manusia untuk menyembah Allah
SWT dan selalu melakukan pensucian diri dari penyakit penyakit yang mengotori
hati, Sholat, doa, haji, menunaikan nazar, dan semua perintah Allah serta
menjauhi larangan-larangannya, serta mengikhlaskan semua ibadah hanya karena
Allah.
c)
Akhlak al karimah
Cakupan pembahasan
ahlaq dalam pendidikan islam amatlah luas dia mencakup ahlaq kepada Allah,
akhlak kepada kedua orang tua, akhlaq kepada sesama manusia dan akhlaq kepada
siapapun juga, Firman Allah: menggambarkan ucapan nabi Ibrahim AS.
4. Metode
Pendidikan dalam konsep Pendidikan Nabi Ibrahim AS
Setelah kita tadabburi
ayat ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim dapat ambil beberapa bentuk
metode yang Nabiyullah Ibrahim AS gunakan dalam pendidikan.
a. Metode
Keteladanan atau Uswah Hasanah
Keteladanan merupakan
salah satu metode dalam pendidikan Islam yang pengaruhnya luar biasa bagi
peserta didik. Apalagi dizaman sekarang ini yang miskin keteladanan. Allah
jadikan Nabi Ibrahim sebagai teladan bagi keluarga, anak dan ummatnya dalam
menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya, demikian juga
akhlaq kesehariannya. Sampai kita ummat Muhaamd SAW juga diperintahkan untuk
mengambil teladan dari Abul Anbiya’ ini.
b. Metode
nasihat
Metode nasehat dalam
Alquran digunakan untuk menyentuh hati supaya manusia mengarah kepada tujuan
yang diharapkan. Metode ini juga menempati posisi yang sangat penting dalam
proses pendidikan islam dan penanaman nilai nilai. Nasehat atau juga bisa
dengan sebutan wasiat atau pesan yang baik dengan cara yang baik dan
disesuaikan dengan situaisi dan kondisi yang tepat akan sangat berpengaruh pada
diri peserta didik. Nabi Ibrahim menggunakan metode ini dalam pendidikan
anak-anaknya tergambar dalam firman Allah SWT. QS. Al Baqarah: 132
وَوَصَّى
بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ
الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam”. QS. Al Baqarah : 132
c. Metode
dialog
Salah satu metode yang
digunankan nabi Ibrahim adalah metode dialog. Metode ini digunakan untuk mengetahui
dan memantapkan pangetahuan peserta didik yang dia miliki. Dialog yang begitu
mengharukan sekaligus sarat dengan ibroh pendidikan sekaligus menggambarkan
tingkat keimanan yang sangat tinggi dari pendidik ( Nabi Ibrahim) dan peserta
didik (Nabi Ismail).
d. Metode
Adu Argumen
Metode ini digunakan
Nabi Ibrahim untuk mementahkan aqidah mereka yang sesat yang menuhankan berhala
dan benda antariksa, firman Allah SWT yang artinya: “dan Dia dibantah oleh
kaumnya. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, Padahal
Sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku”. dan aku tidak takut kepada
(malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah,
kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) ” (QS. Al Anam: 80)
C. Model Keluarga Nabi Yakub a.s
Nabi Ya’qub telah
mewariskan nilai-nilai pendidikan yang amat penting. Sebagian besar nilai-nilai
dimaksud sesungguhnya kontinuitas pewarisan nilai-nilai universal yang
disampaikan para Nabi, sejak Nabi pertama hingga Nabi terakhir. Di antara
nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam kisah Ya’qub a.s., sebagai berikut[4]:
1.
Telaah terhadap kisah Ya’qub memberikan penjelasan
yang jelas-terang bahwa agama samawi itu sebenarnya satu yaitu Din al-Islam.
Islam dalam arti sikap pasrah kepada Allah adalah nilai universal yang
diwariskan oleh para Nabi termasuk Nabi Ya’qub sendiri. Sikap pasrah atau
tunduk kepada Allah adalah inti dari kemusliman bahkan keimanan yang dibawa
para Nabi.
2.
konsekuensi logis point pertama, bahwa
wahyu yang diterima para Nabi, termasuk Ya’qub hingga Nabi Muhammad SAW
memiliki muatan ajaran yang sama. Hal ini telah ditegaskan Allah dalam Al-Qur`an
surat Ali Imran/3 ayat 84.
3.
Nilai dan pengetahuan yang paling
penting diwariskan kepada generasi atau peserta didik adalah nilai dan
pengetahuan tentang tauhid. Tauhid
adalah paradigma, poros dan pokok dari pendidikan manusia. Tauhid yang dimaksud
di sini bukan sekedar mengimani keesaan Allah, tetapi lebih dari itu yakni
hanya menyembah kepada-Nya. Inillah inti pokok ajaran para Nabi, termasuk Nabi
Ya’qub. Beliau sendiri secara khusus menjelang ajalnya tiba telah mengingatkan
hal yang paling asasi itu kepada anak-anaknya. Hal dimaksud sebagaimana disebut
dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah/2 ayat 133: yang artinya: Apakah kamu
menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada
anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan
menyembah Tuhan-mu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Isma’il dan Ishaq,
(yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.
4.
Nabi Ya’qub adalah orang yang sangat
sabar dalam mendidik anak-anaknya. Sikap
yang ditunjukkan oleh beliau terhadap sebagian anaknya yang berkhianat
kepadanya adalah sikap sabar dan tawakkal. Ia tidak menyakiti batin dan fisik
anak-anaknya jika melakukan kesalahan. Ia senantiasa mengetuk hati mereka agar
takut kepada Allah. Bahkan ia memohonkan ampun kesalahan anak-anaknya kepada
Allah. Dalam hal mendidik Sikap seperti inilah yang perlu dimiliki pendidik
dalam berinteraksi dengan peserta didik. Kasih-sayang dan lemah lembut dalam
memberlakukan peserta didik jauh lebih efektif dari pada sikap keras dan kasar.
5.
Misi kenabian atau kerasulan dapat
bermakna misi pendidikan, yakni mencerahkan dan menyadarkan orang agar memilih
jalan hidup yang benar. Misi ini akan dilanjutkan oleh para ‘ulama` (guru,
intelektual atau cendekiawan).
6.
Sebagaimana Nabi Ya’kub dan para Nabi
lainnya telah mengalami berbagai rintangan dan hambatan yang besar, maka para
pendidik yang nota bene pewaris para Nabi perlu menyadari bahwa melanjutkan misi kenabian akan menghadapi
tantangan dan penentangan. Penentangan dimaksud bahkan bisa dengan cara yang
keras. Dengan demikian dalam hal memimpin orang atau peserta didik kepada jalan
yang benar akan senantiasa menemui tantangan yang negative-destruktif. Oleh
karena itu perlu meneladani para Nabi yang tegar dan sabar menghadapi para
penentangnya, meskipun yang paling keras sekalipun.
[1] http://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/02/pendidikan-akhlak-bagi-anak.html
[2] Departemen
Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro
Grafindo, 1994), hlm. 654.
[3] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/Konsep-Pendidikan-Para-Nabi-(Nabi-Ibrahim
As).html
[4] http://anharnst.wordpress.com/2011/05/01/nilai-nilai-pendidikan-dalam-kisah-nabi-ya’qub
Posting Komentar