Selamat Datang di Blog Anggylhy 26

Proses PAI dalam Keluarga Masa Anak-Anak

A.    Pentingnya PAI pada Masa Anak-Anak
Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam islam. Di dalam al-qur’an kita dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anak. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah saw, kita banyak temui bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anakj secara langsung.
Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung jawab mereka di hadapan Allah terhadap pendidikan anak-anaknya. Pengajaran agama Islam merupakan perintah dari Allah swt dan merupakan Ibadah kepada-Nya. Allah berfirman dalam qur’an surat An-Nahl ayat 125 yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan hanya menjadikan seorang anak yang pintar dan trampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul karimah. Dengan moral dan akhlakul karimah yang dimilikinya akan mampu mengarahkan minatnya untuk terus belajar mencari ilmu. Oleh karena itu, pendidikan yang paling utama diberikan kepada sang anak adalah pendidikan agama, karena agama inilah yang akan membimbingnya untuk senantiasa berada didalam jalan kebaikan.[1]
Pendidikan agama yang diberikan kepada anak hendaklah secara keseluruhan atau seutuhnya, mulai dari pemberian pengetahuan, pembinaan, sikap, dan kepribadi-annya sampai kepada pembinaan tingkah laku (akhlak) sesuai dengan ajaran agama. Dengan pendidikan agama ini diharapkan tercipta suatu menifestasi riil yang tercermin dalam perilaku bermoral. Agama menjadi kepribadian anak dimana segala sikap, tindakan, perbuatan, dan perkataannya akan dikendalikan oleh pribadi yang terbina didalamnya nilai agama, yang akan menjadi pengendali perbuatannya. Inilah yang dinamakan insan yang bertaqwa.
Betapa pentingnya pendidikan agama islam bagi orang muslim ini sangat diperlukan, agar mengarahkan fitrah mereka ke arah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari agama.[2]

B.     Tujuan PAI Pada Masa Anak-Anak
Zakiah Darajat mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil (manusia utuh rohani dan jasmani) dengan pola taqwa, insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT ”.[3]
Pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah SWT dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta untuk kepentingan hidup dunia dan akhirat nanti.
Menurut konsep dalam Islam, proses tarbiyah (pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan segala ciri-cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah. Melalui proses tarbiyah inilah, Allah SWT telah menampilkan pribadi muslim yang merupakan uswah dan qudwah melalui Muhammad SAW. Pribadinya merupakan manifestasi dan jelmaan dari segala nilai dan norma ajaran Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan PAI bagi anak-anak adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia dalam hal ini peserta didik agar mampu menjadi manusia yang beriman dan  bertaqwa kepada Allah swt, serta meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama islam sehingga menjadi manusia muslim berakhlak mulia dalam kehidupan, baik secara pribadi, bermasyarakat, dan berbangsa serta menjadi insan yang beriman hingga mati dalam keadaan Islam.
C.     Metode PAI dalam Keluarga pada Masa Anak-Anak
Menurut Dzakiah Darajat dalam bukunya Ilmu jiwa agama kategori umur anak-anak adalah usia sekolah dasar yang pada umumnya usia 6-12 tahun. Ketika anak usia seperti ini jiwanya telah membawa rasa bekal agama dan kepribadianya, tetapi masih dalam lingkungan dasar.[4] Dengan demikian, pengajaran agama sangat penting untuk ditanamkan dalam diri anak. Adapun beberapa metode yang dapat diterapkan dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangan anak tersebut, yaitu:
a)      Metode ketauladanan
Metode ketauladanan dalam pendidikan merupakan metode yang cukup efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yaitu tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Karena keteladanan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya anak didik.
Orang tua merupakan pribadi yang sering ditiru anak-anaknya. Jika perilaku orang tua baik, maka anaknya meniru hal-hal baik dan jika orang tua berperilaku buruk anak juga akan meniru perilaku orang tuanya yang buruk juga. Dengan demikian, keteladanan yang baik merupakan salah satu kiat yang harus diterapkan dalam mendidik anak.
b)      Metode nasehat
Di antara  mendidik  yang  efektif  di dalam  usaha  membentuk keimanan anak,  mempersiapkan  moral,  psikis  dan  sosial, adalah  mendidik  dengan  nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan mendorongnya  menuju  situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta membekalinya dengan  prinsip-prinsip Islam.[5]
Nasehat yang baik adalah nasehat yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak dengan kata-kata yang bagus didengar oleh anak, sehingga apa yang didengar anak tersebut masuk kedalam jiwa anak, dan selanjutnya tergerak untuk mengamalkannya. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik kedalam jiwa dengan cara memberikan nasehat yang dapat mengetuk hati atau relung jiwa sang anak. Bahkan dengan metode ini pendidik dapat mengarahkan peserta didik kepada kebaikan dan kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.
c)      Metode pembiasaan
Setiap anak lahir dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas  fitrah (kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh  karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta menumbuhkan dan mengajak  anak  kedalam tauhid murni dan akhlak mulia. Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan  pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena  pembiasaan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak,  yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran islam. Metode pembiasaan pada anak ini diarahkan kepada hal-hal yang baik dalam belajar sopan santun dalam keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari.
d)     Metode kisah
Metode ini mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pengajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal yang baik, yang sebenarnya terjadi ataupun tekanan saja. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111, yang artinya: “sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”.
e)      Metode pengawasan
Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-harinya baik dilingkungan keluarga maupun sekolah.
f)       Metode Hukuman
Metode hukuman merupakan jalan terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Contohnya adalah bila anak melakukan kesalaan atau suatu hal yang tidak baik, maka orang tua menghukumnya dengan hukuman yang mendidik, misalnya disuruh menghafalkan surat-surat Al-Qur’an atau do’a-do’a yang pendek. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk menyadarkan anak dari kesalahan-kesalahan yang ia perbuat.
Muhammad Quthb mengatakan bahwa bila teladan dan nasehat di metode lain tidak mampu mengubah sikap anak, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang disebut hukuman (sifatnya mendidik).[6]




[1] http://banjirembun.blogspot.com/2012/11/metode-pendidikan-agama-islam-pada-anak.html
[2] http://www.masbied.com/2011/01/22/metode-pengajaran-agama-pada-balita-anak-anak-dan-remaja/
[3] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), hal. 41.
[4]  Armai Arif, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,  (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 110.
[5] Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam Islam, (Jakarta Pustaka Amani, 1995 ), Cet. I, h.70
[6] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 98.
Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

 
Support : Link here | Link here | Link here
Copyright © 2014. @26 Selalu Dihati Selalu Dinanti - All Rights Reserved
Template by Anggylhy Published by Cargam Schoolzine
Proudly powered by Blogger