A.
Pengertian PAI dalam Keluarga pada Masa
Balita
Anak usia balita adalah
anak yang berumur 0-5 tahun. Dalam masa ini merupakan masa tumbuh kembang anak,
dimana masa ini merupakan masa golden age
yaitu masa emas. Pembentukan karakter anak dan mempengaruhi pola pikir anak
yang berpengaruh terhadap masa depannya, agar menjadi generasi penerus yang
berakhlakul karimah dan memiliki pemikiran positif dalam setiap hal.
Pendidikan agama
merupakan suatu bagian kebutuhan dalam hidup manusia. Karena manusia merupakan
makhluk yang berlandaskan kepada ketuhanan atu bersifat religious. Dalam hal
ini faktor keagamaan menjadi salah satu bagian yang terpenting sebagai
pendidikan yang diberikan untuk anak usia dini, sebagai landasan ataupun
pedoman hidup di masa depan ataupun dimasa yang akan datang.[1]
Pendidikan agama islam
pada masa anak usia dini adalah usaha secara sadar yang dilakukan orang tua
dalam upaya mengembangkan potensi yang dimilik oleh anak tersebut agar dapat
berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan
pendidikan serta dalam upaya menerapakan nilai-nilai agama pada anak
yang akan menajdikannya pedoman dalam kehidupannya.
B.
Pentingnya PAI bagi Balita
Dalam hal pendidikan
bagi anak usia dini, pendidikan agama merupakan salah satu pendidikan yang
berperan penting bagi anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya sifat dan
karakternya untuk masa depan. Pendidikan agama harus diterapkan sejak dini,
karena hal ini dapat mempengaruhi sikap, sifat, mental, karakter dan tingkah lakunya
dalam diri anak tersebut.
Ada perumpamaan yang
mengatakan bahwa belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, dan belajar
sesudah dewasa bagai mengukir diatas air. Perumpamaan tersebut menganjurakan
supaya kita mendidik dan mengajarkan anak-anak sejak dini, karena sejatinya
manusia dilahirkan dalam kondisi yang sanagt lemah dan tak berdaya, untuk bisa
hidup normal dia sangat bergantung kepada kedua orang tuanya, selain susu dari
ibunya setiap manusia juga membutuhkan kasih sayang, perlindungan, dan
pendidikan untuk melanjutkan hidupnya.
Kecenderungan potret
kehidupan keluarga zaman sekarang sebagian lebih mementingkan pendidikan
duniawi pada anak ketimbang memikirkan pendidikan agama bagi anak-anaknya. Itu
tidak bisa dipungkiri karena para orang tua takut jikalau anak mereka tidak
dapat bersaing dalam mencari pekerjaan untuk masa depannya. Tidak dapat
dipungkiri pula kemajuan teknologi menimbulkan persaingan yang sangat ketat
masa ini, yang mengharuskan kita para orang tua wajib membekali diri anak-anak
kita dengan ilmu dan skill yang memadai, tetapi kemudian apakah kita
mengesampingkan moralnya..?[2] Padahal
pendidikan yang paling utama untuk diberikan kepada sang anak adalah pendidikan
agama, karena agama inilah yang akan membimbingnya untuk senantiasa berada
dalam jalan kebaikan. Dan dengan dia mengetahui tentang agamanya, maka dia akan
mengetahui tentang tujuan dia hidup di dunia ini. Allah swt berfirman yang
artinya : dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
beribadah kepada-Ku (QS. Ad-Dariyat : 56)
Maka dari sini kita
bisa mengambil pelajaran bahwasanya yang paling penting adalah seorang anak itu
mengetahui tentang Allah swt dan juga syariat-syariat-Nya, agar dia bisa
menunaikan ibadah yang benar kepada Allah swt. Oleh karena itu, hendaknya
pendidikan yang pertama kali diberikan kepada sang anak adalah mendidiknya
untuk mengenal tentang aqidah yang benar, karena aqidah merupakan pondasi bagi
amalan-amalan yang akan dikerj akannya.
Hal ini sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah saw beliau pernah berkata kepada Ibnu Abbas (yang
artinya) : sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah
(yakni jagalah syarika tidak akanat-syariat Allah) niscaya Allah akan
menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan dapati Allah ada dihadapanmu (yakni
Allah akan menunjukimu pada seluruh kebaikan), apabila kamu meminta maka
mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan maka mintalah kepada
Allah, dan ketahilah bahwasanya kalau seandainya seluruh umat bersatu untuk
memberikan manfaat kepadamu maka niscaya mereka tidak akan mampu untuk
memberikannya kecuali dengan sesuatu yang Allah swt telah tuliskan atasmu, pena
telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (yakni seluruhnya telah
ditetapkan oleh Allah swt). (HR. At Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
Dalam hadis tersebut
banyak sekali faidah yang bisa diambil, diantaranya :
a)
Pentingnya mengajari anak tentang akidah
yang benar sebagaiman Rasulullah saw mengajarkan kepada Ibnu Abbas
b)
Penting mengajari anak semenjak masih
kecil adalah mengajari al-Qu’an.
Hendaklah orang tua
mendidik dan membimbing anaknya agar dia selalu membaca al-qur’an setiap
harinya walaupun mungkin hanya sedikit yang dia baca. Karena membaca al-qur’an
ini pahalnya sangatlah banyak. Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang
membaca satu huruf dari kitabullah (Al-qur’an) maka dia akan mendapatkan satu
kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan yang
semisalnya, aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif
satu huruf lam satu huruf dan mim satu huruf”. (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah
bin Mas’ud) Oleh karena itu, penting bagi semua untuk mendidik anak-anak agar
mereka mencintai Al-Qur’an dan membacanya serta mengamalkannya.
c)
Penting mengajari anak untuk menegakkan shalat
Shalat merupakan tiang
agama dan merupakan pembeda antar seorang yang muslim dan yang kafir.
Rasulullah saw bersabda : “ perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika
sudah berumur tujuh tahun, dan pukullah (jika mereka enggan) ketika sudah
berumur sepuluh tahun”. (HR. Ahmad dari ‘Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya).
Dalam hadis tersebut walaupun disebutkan 7 tahun baru diperintah untuk shalat,
namun bukan berarti kita membiarkan anak-anak yang belum 7 tahun untuk
meninggalkan shalat. Akan tetapi kita tetap berusaha melatih mereka mengerjakan
shalat, agar mereka terlatih semenjak kecilnya. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya bagi kita semua untuk memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anak
kita. Dan disana masih banyak lagi hal-hal penting yang sudah sepantasnya
diajarkan kepada sang anak semenjak dia kecil.[3]
C.
Metode PAI dalam Keluarga pada Masa
Balita
Pendidikan agama
sebenarnya telah dimulai sejak anak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Anak
usia balita atau 0-5 tahun belum termasuk masa sekolah. Dengan demikian, ia
lebih banyak bersama dan berinteraksidi lingkungan keluarga terutama orang
tuanya. Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama
bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan anak
dalam melaksanakan ibadah. Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya. Agar
agama itu tumbuh dalam jiwa anak dan dapat dipahami nantinya, maka harus
ditanamkan semenjak kelahiran bayi. Dengan demikian, ada metode-metode tertentu
yang harus diterapkan dalam mengajarkan agama pada anak.[4]
Metode yang dimaksud adalah semua cara yang dilakukan dalam upaya mendidik.
Mengajarkan agama pana anak balita telah banyak dicontohkan Rasulullah Saw.
Diantaranya [5]:
a) Memperdengarkan
adzan dan iqamat saat anak lahir
Sebagaimana Abu Da’ud
Tirmudzi , Ali rRafi Baoihaqi dan Ibnu Suni meriwayatkan bahwa Nabi saw
mengajarkan agar adzan ditelinga kanan dan iqamat ditelinga kri anak yang baru
lahir. Artinya : “ Aku melihat Rasulullah saw mengumandangkan adzan pada
telinga al Hasan bin Ali, ketika Fatimah melahirkannya”. Hikmah dari adzan dan
iqamat menurut Ibnu Qayim al Jauziyah yaitu agar supaya suara yang pertama kali
didengar oleh anak analah kalimat-kalimat seruan yang maha tingggi yang mengandung kebesaran Tuhan.
b) Metode
hiwar atau percakapan
Metode hiwar adalah
metode percakapan akan tetapi dalam hal ini perlu dipahami bahwa objeknya
adalah anak balita. Anak pada umumnya mulai pandai berbicara pada umur 2 tahun.
Meskipun pada dasarnya bayi yang berumur satu tahun pun dapat diajak
berinteraksi dengan bahasa isyarat. Oleh karena itu, dianjurkan ketika anak
mulai pandai bercakap, diajarkan kata-kata yang baik dan benar, sebagaimana
dalam suatu riwayat al Hakim bahwa Rasulullah saw bersabda : “bacakanlah kepada
anak-anakmu kalimat pertama dengan lailahailallah”.
Hikmahnya agar kalimat tauhid dan syair masuk ke pendengaran anak, dan kalimat
pertamalah yang di ucapkan lisannya dan lafal pertama yang dipahami anak.
c) Metode
ketauladanan
Metode ketauladanan
adalah suatu cara mengajarkan agama dengan mencontohkan langsung pada anak. Menurut
Asnelly Ilyas, dalam praktek pendidikan dan pengajaran, metode ini dilaksanakan
dalam dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung, secara langsung
maksudnya bahwa orangtua itu harus benar-benar menjadikan dirinya sebagai
teladan yang baik terhadap anak. Sedangkan secara tidak langsung dimaksudkan
melalui cerita dan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar, pahlawan dan
para syuhada. Melalui kisah-kisah itu diharapkan anak akan menjadikan
tokoh-tokoh itu sebagai uswatun hasanah.
d) Metode
nasehat
Contoh nasehat yang
baik bisa dilihat pada nasehatnya luqmanul hakim terhadap putranya, yaitu : 1)
nasehat untuk bertauhid dan tidak berbuat syirik. 2) nasehat akan adanya
pengawasan Allah terhadap segala perbuatan manusia 3) nasehat untuk menegakkan
shalat, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan sabar terhadap segala musibah
4) nasehat jangan menghina dan berprilaku sombong 5) nasehat untuk berkata
lemah lembut dan sederhana dalam berjalan.[6]
Dalam hal ini orang tua menasehati anak
hendaklah dengan lemah lembut dan mengarahkan anak untuk berkata yang baik dan
jujur. Yang nantinya dapat dirasakan sebagai obat dalam menyembuhkan penyakit
rohani, yang menyerang anak-anak agar tidak terlepas dari jalur ajaran agama
Islam.
e) Metode
pembiasaan
Metode pembiasaan
adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berfikir,
bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran islam. Inti pembiasaan sebenarnya
pengalaman dan pengulangan seorang ibu membiasakan menyusui dengan ASI terhadap
anaknya, sebenarnya sudah meanamkan kebiasaan tentang cinta kasih. Demikian
juga jika umur anak mencapai 1-2 tahun,
anak paling sering memainkan mulut atau alat kelaminnya. Oleh karena itu
seorang ibu harus membiasakan anak untuk memberikan sesuatu yang tidak mencedrainya, misalnya memberikan
makanan dengan memegangkan pada tangan kanan, mengalihkan tangannya jika
memainkan alat kelaminnya. Apabila anak berusia 3-5 tahun dibiasakan makan
bersama,berdo’a, mencuci tangan, bangun pagi dan lain-lain.
f) Metode
drill/latihan
Menurut Zuhaini metode
drill adalah suatu metode dalam pengajaran dalam melatih anak terhadap bahan
pelajaran yang telah diberikan. Untuk usia anak yang masih balita yang berumur
2-5 tahun metode ini dapat diterapkan. Misalnya melatih berbahasa, melatih
keterampilan gerak dengan cara menggambar dan lain-lain.
g) Metode
pemberian hadiah atau pujian
Metode ini dapat
diterapkan bagi anak berusia 3-5 tahun karena hal ini menarik. Apalagi jika
diberikan atas prestasi yang baik, anak semakin termotivasi. Misalnaya anak
menyebutkan lima huruf hijriyah atau mengahafal suatu do’a, maka dapat
diberikan hpujian atau hadiah berupa materi. Dengan demikian metode ini
dimaksudkan agar pemberian hadiah berpengaruh besar pada jiwa anak untuk
melakukan perbuatan positif dan bersikap
progresif, serta penyemangat agar proses belajar anak dapat lancar dan tercapai
tujuan pendidikannya.
D.
Upaya-Upaya yang dilakukan Orangtua
dalam Menerapkan PAI
Orang tua terutama Ibu,
memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi seringkali
mereka tidak mengetahui dari mana mereka harus mulai menanamkan akidah islam
pada buah hatinya, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana pula menancapkannya
pada hati mereka. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk membantu mengembangkan kualitas
pendidikan orang tua secara berkelanjutan, salah satunya dengan mengembangkan
kualitas layanan pendidikan bagi anak
usia dini. Ada beberapa cara mendidik anak usia balita agar cerdas dan sholeh,
yaitu[7] :
a) Utamakan
pendidikan agama yang kuat. Mendidik anak dengan pendidikan agama merupakan
langkah awl untuk menjadikan anak soleh/solehah
b) Pahami
sifat dan karakter anak. Orang tua harus senantiasa berusaha memahami karakter
anaknya.
c) Hargai
perilaku anak. Mengahrgai setiap perilaku anak sebanyak-banyaknya dan usahakan
untuk menghukumnya sesedikit mungkin.
d) Ajak
anak berbicara dalam diskusi. Ingin anak yang pemberani dan punya sifat
pemimpin? Libatkan dalam diskusi keluarga, dengarkan dan hargai pendapatnya.
Lakukan itu sejak dia kecil, agar ingatan itu tertancap di memorinya.
e) Berilah
contoh tauladan yang baik. Anak adalah peniru ulung, maka berhati-hatilah dalam
bertingkah laku dan menjalankan kebiasaan. Anak usia emas (0-5 tahun) memiliki
daya ingat yang sangat kuat, jadi apapun yang anda lakukan bisa menjkadi
modalnya dalam berprilaku di saat dewasa.
[1]
Nurwatanipls.blogspot.com/2011/06/menerapkan-pendidikan-agama-pada-anak.html
[2]
Bianobby.wordpress.com/pendidikan-agama-pada-anak-usia-dini/
[3]
Salafybanyumas.blogspot.com/2012/01/pentingnya-pendidikan-agama-bagi-anak.html
[4] Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam, (Cet. 7 ;) Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007 ), hal.131
[5]
www.masbied.com/2011/01/22/metode-pengajaran-agama-pada-balita-anak-anak-dan-remaja/
[6] Asnely
Ilyas, Mendambakan Anak Saleh,Bandung : Al-Bayan,1995, hal.37
[7]
http://tipstriksib.blogspot.com/2012/12/cara-mendidik-anak-usia-dini-balita-agar-cerdas-pintar-dan-soleh.html
Posting Komentar