Selamat Datang di Blog Anggylhy 26

Proses PAI dalam Keluarga Masa Balita


A.    Pengertian PAI dalam Keluarga pada Masa Balita
Anak usia balita adalah anak yang berumur 0-5 tahun. Dalam masa ini merupakan masa tumbuh kembang anak, dimana masa ini merupakan masa golden age yaitu masa emas. Pembentukan karakter anak dan mempengaruhi pola pikir anak yang berpengaruh terhadap masa depannya, agar menjadi generasi penerus yang berakhlakul karimah dan memiliki pemikiran positif dalam setiap hal.
Pendidikan agama merupakan suatu bagian kebutuhan dalam hidup manusia. Karena manusia merupakan makhluk yang berlandaskan kepada ketuhanan atu bersifat religious. Dalam hal ini faktor keagamaan menjadi salah satu bagian yang terpenting sebagai pendidikan yang diberikan untuk anak usia dini, sebagai landasan ataupun pedoman hidup di masa depan ataupun dimasa yang akan datang.[1]
Pendidikan agama islam pada masa anak usia dini adalah usaha secara sadar yang dilakukan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi yang dimilik oleh anak tersebut agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan  pendidikan serta dalam upaya menerapakan nilai-nilai agama pada anak yang akan menajdikannya pedoman dalam kehidupannya.
B.     Pentingnya PAI bagi Balita
Dalam hal pendidikan bagi anak usia dini, pendidikan agama merupakan salah satu pendidikan yang berperan penting bagi anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya sifat dan karakternya untuk masa depan. Pendidikan agama harus diterapkan sejak dini, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap, sifat, mental, karakter dan tingkah lakunya dalam diri anak tersebut.
Ada perumpamaan yang mengatakan bahwa belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, dan belajar sesudah dewasa bagai mengukir diatas air. Perumpamaan tersebut menganjurakan supaya kita mendidik dan mengajarkan anak-anak sejak dini, karena sejatinya manusia dilahirkan dalam kondisi yang sanagt lemah dan tak berdaya, untuk bisa hidup normal dia sangat bergantung kepada kedua orang tuanya, selain susu dari ibunya setiap manusia juga membutuhkan kasih sayang, perlindungan, dan pendidikan untuk melanjutkan hidupnya.
Kecenderungan potret kehidupan keluarga zaman sekarang sebagian lebih mementingkan pendidikan duniawi pada anak ketimbang memikirkan pendidikan agama bagi anak-anaknya. Itu tidak bisa dipungkiri karena para orang tua takut jikalau anak mereka tidak dapat bersaing dalam mencari pekerjaan untuk masa depannya. Tidak dapat dipungkiri pula kemajuan teknologi menimbulkan persaingan yang sangat ketat masa ini, yang mengharuskan kita para orang tua wajib membekali diri anak-anak kita dengan ilmu dan skill yang memadai, tetapi kemudian apakah kita mengesampingkan moralnya..?[2] Padahal pendidikan yang paling utama untuk diberikan kepada sang anak adalah pendidikan agama, karena agama inilah yang akan membimbingnya untuk senantiasa berada dalam jalan kebaikan. Dan dengan dia mengetahui tentang agamanya, maka dia akan mengetahui tentang tujuan dia hidup di dunia ini. Allah swt berfirman yang artinya : dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku (QS. Ad-Dariyat : 56)
Maka dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya yang paling penting adalah seorang anak itu mengetahui tentang Allah swt dan juga syariat-syariat-Nya, agar dia bisa menunaikan ibadah yang benar kepada Allah swt. Oleh karena itu, hendaknya pendidikan yang pertama kali diberikan kepada sang anak adalah mendidiknya untuk mengenal tentang aqidah yang benar, karena aqidah merupakan pondasi bagi amalan-amalan yang akan dikerj akannya.
Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw beliau pernah berkata kepada Ibnu Abbas (yang artinya) : sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah (yakni jagalah syarika tidak akanat-syariat Allah) niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan dapati Allah ada dihadapanmu (yakni Allah akan menunjukimu pada seluruh kebaikan), apabila kamu meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah, dan ketahilah bahwasanya kalau seandainya seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu maka niscaya mereka tidak akan mampu untuk memberikannya kecuali dengan sesuatu yang Allah swt telah tuliskan atasmu, pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (yakni seluruhnya telah ditetapkan oleh Allah swt). (HR. At Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
Dalam hadis tersebut banyak sekali faidah yang bisa diambil, diantaranya :
a)      Pentingnya mengajari anak tentang akidah yang benar sebagaiman Rasulullah saw mengajarkan kepada Ibnu Abbas
b)      Penting mengajari anak semenjak masih kecil adalah mengajari al-Qu’an.
Hendaklah orang tua mendidik dan membimbing anaknya agar dia selalu membaca al-qur’an setiap harinya walaupun mungkin hanya sedikit yang dia baca. Karena membaca al-qur’an ini pahalnya sangatlah banyak. Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-qur’an) maka dia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan yang semisalnya, aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf lam satu huruf dan mim satu huruf”. (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud) Oleh karena itu, penting bagi semua untuk mendidik anak-anak agar mereka mencintai Al-Qur’an dan membacanya serta mengamalkannya.
c)      Penting mengajari anak  untuk menegakkan shalat
Shalat merupakan tiang agama dan merupakan pembeda antar seorang yang muslim dan yang kafir. Rasulullah saw bersabda : “ perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika sudah berumur tujuh tahun, dan pukullah (jika mereka enggan) ketika sudah berumur sepuluh tahun”. (HR. Ahmad dari ‘Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya). Dalam hadis tersebut walaupun disebutkan 7 tahun baru diperintah untuk shalat, namun bukan berarti kita membiarkan anak-anak yang belum 7 tahun untuk meninggalkan shalat. Akan tetapi kita tetap berusaha melatih mereka mengerjakan shalat, agar mereka terlatih semenjak kecilnya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita semua untuk memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anak kita. Dan disana masih banyak lagi hal-hal penting yang sudah sepantasnya diajarkan kepada sang anak semenjak dia kecil.[3]

C.     Metode PAI dalam Keluarga pada Masa Balita
Pendidikan agama sebenarnya telah dimulai sejak anak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Anak usia balita atau 0-5 tahun belum termasuk masa sekolah. Dengan demikian, ia lebih banyak bersama dan berinteraksidi lingkungan keluarga terutama orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan anak dalam melaksanakan ibadah. Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya. Agar agama itu tumbuh dalam jiwa anak dan dapat dipahami nantinya, maka harus ditanamkan semenjak kelahiran bayi. Dengan demikian, ada metode-metode tertentu yang harus diterapkan dalam mengajarkan agama pada anak.[4] Metode yang dimaksud adalah semua cara yang dilakukan dalam upaya mendidik. Mengajarkan agama pana anak balita telah banyak dicontohkan Rasulullah Saw. Diantaranya [5]:
a)      Memperdengarkan adzan dan iqamat saat anak lahir
Sebagaimana Abu Da’ud Tirmudzi , Ali rRafi Baoihaqi dan Ibnu Suni meriwayatkan bahwa Nabi saw mengajarkan agar adzan ditelinga kanan dan iqamat ditelinga kri anak yang baru lahir. Artinya : “ Aku melihat Rasulullah saw mengumandangkan adzan pada telinga al Hasan bin Ali, ketika Fatimah melahirkannya”. Hikmah dari adzan dan iqamat menurut Ibnu Qayim al Jauziyah yaitu agar supaya suara yang pertama kali didengar oleh anak analah kalimat-kalimat seruan yang  maha tingggi yang mengandung kebesaran Tuhan.
b)      Metode hiwar atau percakapan
Metode hiwar adalah metode percakapan akan tetapi dalam hal ini perlu dipahami bahwa objeknya adalah anak balita. Anak pada umumnya mulai pandai berbicara pada umur 2 tahun. Meskipun pada dasarnya bayi yang berumur satu tahun pun dapat diajak berinteraksi dengan bahasa isyarat. Oleh karena itu, dianjurkan ketika anak mulai pandai bercakap, diajarkan kata-kata yang baik dan benar, sebagaimana dalam suatu riwayat al Hakim bahwa Rasulullah saw bersabda : “bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat pertama dengan lailahailallah”. Hikmahnya agar kalimat tauhid dan syair masuk ke pendengaran anak, dan kalimat pertamalah yang di ucapkan lisannya dan lafal pertama yang dipahami anak.
c)      Metode ketauladanan
Metode ketauladanan adalah suatu cara mengajarkan agama dengan mencontohkan langsung pada anak. Menurut Asnelly Ilyas, dalam praktek pendidikan dan pengajaran, metode ini dilaksanakan dalam dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung, secara langsung maksudnya bahwa orangtua itu harus benar-benar menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik terhadap anak. Sedangkan secara tidak langsung dimaksudkan melalui cerita dan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar, pahlawan dan para syuhada. Melalui kisah-kisah itu diharapkan anak akan menjadikan tokoh-tokoh itu sebagai uswatun hasanah.
d)     Metode nasehat
Contoh nasehat yang baik bisa dilihat pada nasehatnya luqmanul hakim terhadap putranya, yaitu : 1) nasehat untuk bertauhid dan tidak berbuat syirik. 2) nasehat akan adanya pengawasan Allah terhadap segala perbuatan manusia 3) nasehat untuk menegakkan shalat, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan sabar terhadap segala musibah 4) nasehat jangan menghina dan berprilaku sombong 5) nasehat untuk berkata lemah lembut dan sederhana dalam berjalan.[6] Dalam hal ini orang tua menasehati  anak hendaklah dengan lemah lembut dan mengarahkan anak untuk berkata yang baik dan jujur. Yang nantinya dapat dirasakan sebagai obat dalam menyembuhkan penyakit rohani, yang menyerang anak-anak agar tidak terlepas dari jalur ajaran agama Islam.
e)      Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran islam. Inti pembiasaan sebenarnya pengalaman dan pengulangan seorang ibu membiasakan menyusui dengan ASI terhadap anaknya, sebenarnya sudah meanamkan kebiasaan tentang cinta kasih. Demikian juga jika umur anak  mencapai 1-2 tahun, anak paling sering memainkan mulut atau alat kelaminnya. Oleh karena itu seorang ibu harus membiasakan anak untuk memberikan sesuatu  yang tidak mencedrainya, misalnya memberikan makanan dengan memegangkan pada tangan kanan, mengalihkan tangannya jika memainkan alat kelaminnya. Apabila anak berusia 3-5 tahun dibiasakan makan bersama,berdo’a, mencuci tangan, bangun pagi dan lain-lain.
f)       Metode drill/latihan
Menurut Zuhaini metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dalam melatih anak terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Untuk usia anak yang masih balita yang berumur 2-5 tahun metode ini dapat diterapkan. Misalnya melatih berbahasa, melatih keterampilan gerak dengan cara menggambar dan lain-lain.
g)      Metode pemberian hadiah atau pujian
Metode ini dapat diterapkan bagi anak berusia 3-5 tahun karena hal ini menarik. Apalagi jika diberikan atas prestasi yang baik, anak semakin termotivasi. Misalnaya anak menyebutkan lima huruf hijriyah atau mengahafal suatu do’a, maka dapat diberikan hpujian atau hadiah berupa materi. Dengan demikian metode ini dimaksudkan agar pemberian hadiah berpengaruh besar pada jiwa anak untuk melakukan perbuatan positif  dan bersikap progresif, serta penyemangat agar proses belajar anak dapat lancar dan tercapai tujuan pendidikannya.

D.    Upaya-Upaya yang dilakukan Orangtua dalam Menerapkan PAI
Orang tua terutama Ibu, memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi seringkali mereka tidak mengetahui dari mana mereka harus mulai menanamkan akidah islam pada buah hatinya, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana pula menancapkannya pada hati mereka. Oleh karena itu, perlu adanya upaya  untuk membantu mengembangkan kualitas pendidikan orang tua secara berkelanjutan, salah satunya dengan mengembangkan kualitas layanan  pendidikan bagi anak usia dini. Ada beberapa cara mendidik anak usia balita agar cerdas dan sholeh, yaitu[7] :
a)      Utamakan pendidikan agama yang kuat. Mendidik anak dengan pendidikan agama merupakan langkah awl untuk menjadikan anak soleh/solehah
b)      Pahami sifat dan karakter anak. Orang tua harus senantiasa berusaha memahami karakter anaknya.
c)      Hargai perilaku anak. Mengahrgai setiap perilaku anak sebanyak-banyaknya dan usahakan untuk menghukumnya sesedikit mungkin.
d)     Ajak anak berbicara dalam diskusi. Ingin anak yang pemberani dan punya sifat pemimpin? Libatkan dalam diskusi keluarga, dengarkan dan hargai pendapatnya. Lakukan itu sejak dia kecil, agar ingatan itu tertancap  di memorinya.
e)      Berilah contoh tauladan yang baik. Anak adalah peniru ulung, maka berhati-hatilah dalam bertingkah laku dan menjalankan kebiasaan. Anak usia emas (0-5 tahun) memiliki daya ingat yang sangat kuat, jadi apapun yang anda lakukan bisa menjkadi modalnya dalam berprilaku di saat dewasa.



[1] Nurwatanipls.blogspot.com/2011/06/menerapkan-pendidikan-agama-pada-anak.html
[2] Bianobby.wordpress.com/pendidikan-agama-pada-anak-usia-dini/
[3] Salafybanyumas.blogspot.com/2012/01/pentingnya-pendidikan-agama-bagi-anak.html
[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Cet. 7 ;) Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007 ), hal.131
[5] www.masbied.com/2011/01/22/metode-pengajaran-agama-pada-balita-anak-anak-dan-remaja/
[6] Asnely Ilyas, Mendambakan Anak Saleh,Bandung : Al-Bayan,1995, hal.37
[7] http://tipstriksib.blogspot.com/2012/12/cara-mendidik-anak-usia-dini-balita-agar-cerdas-pintar-dan-soleh.html
Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

 
Support : Link here | Link here | Link here
Copyright © 2014. @26 Selalu Dihati Selalu Dinanti - All Rights Reserved
Template by Anggylhy Published by Cargam Schoolzine
Proudly powered by Blogger